Perubahan ekspresi gen dipengaruhi oleh lingkungan dan pada
gilirannya mengubah ekspresi gen tersebut. Ini disebut dengan mekanisme
epigenetik. Profesor Moshe Szyf (McGill University) mengatakan bahwa trauma
masa kecil dapat mengubah ekspresi gen. Mereka menggunakan sampel 36 otak,
yaitu 12 korban bunuh diri dan dirundung; 12 korban bunuh diri
tanpa dirundung, dan 12 kontrol. Mereka menemukan bahwa terdapat perbedaan marka epigenetik pada otak dari kelompok yang dirundung, yaitu gen GR (glucocorticoid receptor) yang mengalami metilasi. Penelitian pada tikus yang kurang mendapatkan perhatian dari induknya memperlihatkan adanya metilasi yang sama pada gen GR. Marka-marka tersebut mempengaruhi fungsi hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA), respons stres yang meningkatkan resiko bunuh diri. Lingkungan sosial dapat memanipulasi ekspresi gen yang penting bagi reaktivitas stress dan regulasi suasana hati. Proses epigenetik bersifat reversible, artinya bisa dikembalikan ke keadaan sedia kala. Anak-anak atau orang dewasa yang dirundung bisa dijauhkan dari pelaku perundungan atau lingkungan yang menyebabkan perundungan.
tanpa dirundung, dan 12 kontrol. Mereka menemukan bahwa terdapat perbedaan marka epigenetik pada otak dari kelompok yang dirundung, yaitu gen GR (glucocorticoid receptor) yang mengalami metilasi. Penelitian pada tikus yang kurang mendapatkan perhatian dari induknya memperlihatkan adanya metilasi yang sama pada gen GR. Marka-marka tersebut mempengaruhi fungsi hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA), respons stres yang meningkatkan resiko bunuh diri. Lingkungan sosial dapat memanipulasi ekspresi gen yang penting bagi reaktivitas stress dan regulasi suasana hati. Proses epigenetik bersifat reversible, artinya bisa dikembalikan ke keadaan sedia kala. Anak-anak atau orang dewasa yang dirundung bisa dijauhkan dari pelaku perundungan atau lingkungan yang menyebabkan perundungan.
Mekanisme Pengaturan Ekspresi Gen
Produk-produk gen tertentu seperti protein ribosomal, rRNA,
tRNA, RNA polimerase, dan enzim-enzim yang mengatalisis berbagai reaksi
metabolisme yang berkaitan dengan fungsi pemeliharaan sel merupakan komponen
esensial bagi semua sel. Gen-gen yang menyandi pembentukan produk semacam itu
perlu diekspresikan terus-menerus sepanjang umur individu di hampir semua jenis
sel tanpa bergantung kepada kondisi lingkungan di sekitarnya. Sementara itu,
banyak pula gen lainnya yang ekspresinya sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungan sehingga mereka hanya akan diekspresikan pada waktu dan di
dalam jenis sel tertentu. Untuk gen-gen semacam ini harus ada mekanisme
pengaturan ekspresinya.
Pengaturan
ekspresi gen dapat terjadi pada berbagai tahap, misalnya transkripsi, prosesing
mRNA, atau translasi. Namun, sejumlah data hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaturan ekspresi gen, khususnya pada prokariot, paling banyak terjadi pada
tahap transkripsi.
Mekanisme pengaturan transkripsi, baik pada prokariot maupun
pada eukariot, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kategori utama,
yaitu (1) mekanisme yang melibatkan penyalapadaman
(turn on and turn off) ekspresi gen sebagai respon terhadap
perubahan kondisi lingkungan dan (2) sirkit
ekspresi gen yang telah terprogram (preprogramed
circuits). Mekanisme penyalapadaman sangat penting bagi
mikroorganisme untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang
seringkali terjadi secara tiba-tiba. Sebaliknya, bagi eukariot mekanisme ini
nampaknya tidak terlalu penting karena pada organisme ini sel justru cenderung
merespon sinyal-sinyal yang datang dari dalam tubuh, dan di sisi lain, sistem
sirkulasi akan menjadi penyangga bagi sel terhadap perubahan kondisi lingkungan
yang mendadak tersebut. Pada mekanisme sirkit, produk suatu gen akan menekan
transkripsi gen itu sendiri dan sekaligus memacu transkripsi gen kedua, produk
gen kedua akan menekan transkripsi gen kedua dan memacu transkripsi gen ketiga,
demikian seterusnya. Ekspresi gen yang berurutan ini telah terprogram secara
genetik sehingga gen-gen tersebut tidak akan dapat diekspresikan di luar
urutan. Oleh karena urutan ekspresinya berupa sirkit, maka mekanisme tersebut
dinamakan sirkit ekspresi gen.
Pengaturan
Ekspresi Gen pada Eukariot
Hingga sekarang kita baru sedikit sekali mengetahui
mekanisme pengaturan ekspresi gen pada eukariot. Namun, kita telah mengetahui
bahwa pada eukariot tingkat tinggi gen-gen yang berbeda akan ditranskripsi pada
jenis sel yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pengaturan pada
tahap transkripsi, dan juga prosesing mRNA, memegang peran yang sangat penting
dalam proses diferensiasi sel.
Operon,
kalau pun ada, nampaknya tidak begitu penting pada eukariot. Hanya pada
eukariot tingkat rendah seperti jamur dapat ditemukan satuan-satuan operon atau
mirip operon. Semua mRNA pada eukariot tingkat tinggi adalah monosistronik,
yaitu hanya membawa urutan sebuah gen struktural. Transkrip primer yang
adakalanya menyerupai polisistronik pun akan diproses menjadi mRNA yang
monosistronik.
Selain itu, terindikasi juga bahwa diferensiasi sel sedikit
banyak melibatkan ekspresi seperangkat gen yang telah terprogram (preprogramed).
Berbagai macam sinyal seperti molekul-molekul sitoplasmik, hormon, dan
rangsangan dari lingkungan memicu dimulainya pembacaan program-program dengan
urutan tertentu pada waktu dan tempat yang tepat selama perkembangan individu.
Bukti paling nyata mengenai adanya keharusan urutan pembacaan program pada
waktu dan tempat tertentu dapat dilihat pada kasus mutasi yang terjadi pada
lalat Drosophila, misalnya munculnya sayap di kepala di tempat yang seharusnya
untuk mata. Dengan mempelajari mutasi-mutasi semacam ini diharapkan akan
diperoleh pengetahuan tentang mekanisme pengaturan ekspresi gen selama
perkembangan normal individu.
Pada eukariot tingkat tinggi kurang dari 10 persen gen
yang terdapat di dalam seluruh genom akan terepresentasikan urutan basanya di
antara populasi mRNA yang telah mengalami prosesing. Sebagai contoh, hanya ada
dua hingga lima persen urutan DNA mencit yang akan terepresentasikan pada mRNA
di dalam sel-sel hatinya. Demikian pula, mRNA di dalam sel-sel otak katak
Xenopus hanya merepresentasikan delapan persen urutan DNAnya. Jadi, sebagian
besar urutan basa DNA di dalam genom eukariot tingkat tinggi tidak
terepresentasikan di antara populasi mRNA yang ada di dalam sel atau jaringan
tertentu. Dengan perkataan lain, molekul mRNA yang dihasilkan dari perangkat
gen yang berbeda akan dijumpai di dalam sel atau jaringan yang berbeda pula. Dosis
gen dan amplifikasi gen
Kebutuhan
akan produk-produk gen pada eukariot dapat sangat bervariasi. Beberapa produk
gen dibutuhkan dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada produk gen lainnya
sehingga terdapat nisbah kebutuhan di antara produk-produk gen yang berbeda.
Untuk memenuhi nisbah kebutuhan ini antara lain dapat ditempuh melalui dosis gen. Katakanlah, ada gen A dan
gen B yang ditranskripsi dan ditranslasi dengan efisiensi yang sama. Produk gen
A dapat 20 kali lebih banyak daripada produk gen B apabila terdapat 20 salinan
(kopi) gen A untuk setiap salinan gen B. Contoh yang nyata dapat dilihat pada
gen-gen penyandi histon. Untuk menyintesis histon dalam jumlah besar yang
dibutuhkan dalam pembentukan kromatin, kebanyakan sel mempunyai beratus-ratus
kali salinan gen histon daripada jumlah salinan gen yang diperlukan untuk
replikasi DNA.
Salah satu pengaruh dosis gen adalah amplifikasi gen, yaitu peningkatan jumlah gen sebagai respon
terhadap sinyal tertentu. Sebagai contoh, amplifikasi gen terjadi selama
perkembangan oosit katak Xenopus laevis. Pembentukan oosit dari
prekursornya (oogonium) merupakan proses kompleks yang membutuhkan sejumlah
besar sintesis protein. Untuk itu dibutuhkan sejumlah besar ribosom. Kita
mengetahui bahwa ribosom antara lain terdiri atas molekul-molekul rRNA.
Padahal, sel-sel prekursor tidak mempunyai gen penyandi rRNA dalam jumlah yang
mencukupi untuk sintesis molekul tersebut dalam waktu yang relatif singkat.
Namun, sejalan dengan perkembangan oosit terjadi peningkatan jumlah gen rRNA
hingga 4000 kali sehingga dari sebanyak 600 gen yang ada pada prekursor akan
diperoleh sekitar dua juta gen setelah amplifikasi. Jika sebelum amplifikasi
ke-600 gen rRNA berada di dalam satu segmen DNA linier, maka selama dan setelah
amplifikasi gen tersebut akan berada di dalam gulungan-gulungan kecil yang
mengalami replikasi. Molekul rRNA tidak diperlukan lagi ketika oosit telah matang
hingga saat terjadinya fertilisasi. Oleh karena itu, gen rRNA yang telah begitu
banyak disalin kemudian didegradasi kembali oleh berbagai enzim intrasel.
Pengaturan
transkripsi
Berdasarkan atas banyaknya salinan di dalam tiap sel,
molekul mRNA dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) mRNA salinan tunggal
(single copy), (2) mRNA semiprevalen dengan jumlah salinan lebih dari
satu hingga beberapa ratus per sel, dan (3) mRNA superprevalen dengan jumlah
salinan beberapa ratus hingga beberapa ribu per sel. Molekul mRNA salinan
tunggal dan semiprevalen masing-masing menyandi enzim dan protein struktural.
Sementara itu, mRNA superprevalen biasanya dihasilkan sejalan dengan terjadinya
perubahan di dalam suatu tahap perkembangan organisme eukariot. Sebagai contoh,
sel-sel eritroblas di dalam sumsum tulang belakang mempunyai sejumlah besar
mRNA yang dapat ditranslasi menjadi globin matang. Di sisi lain, hanya sedikit
sekali atau bahkan tidak ada globin yang dihasilkan oleh sel-sel prekursor yang
belum berkembang menjadi eritroblas. Dengan demikian, kita dapat memastikan
adanya suatu mekanisme pengaturan ekspresi gen penyandi mRNA superprevalen pada
tahap transkripsi eukariot meskipun hingga kini belum terlalu banyak rincian
prosesnya yang dapat diungkapkan.
Salah
satu regulator yang diketahui berperan dalam transkripsi eukariot adalah
hormon, molekul protein kecil yang dibawa dari sel tertentu menuju ke sel
target. Mekanisme kerja hormon dalam mengatur transkripsi eukariot lebih kurang
dapat disetarakan dengan induksi pada prokariot. Namun, penetrasi hormon ke
dalam sel target dan pengangkutannya ke dalam nukleus merupakan proses yang
jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan induksi oleh laktosa pada E. coli.
Secara garis besar pengaturan transkripsi oleh hormon
dimulai dengan masuknya hormon ke dalam sel target melewati membran sel, yang
kemudian ditangkap oleh reseptor khusus yang terdapat di dalam sitoplasma
sehingga terbentuk kompleks hormon-reseptor. Setelah kompleks ini terbentuk
biasanya reseptor akan mengalami modifikasi struktur kimia. Kompleks
hormon-reseptor yang termodifikasi kemudian menembus dinding nukleus untuk
memasuki nukleus. Proses selanjutnya belum banyak diketahui, tetapi rupanya di
dalam nukleus kompleks tersebut, atau mungkin hormonnya saja, akan mengalami
salah satu di antara beberapa peristiwa, yaitu (1) pengikatan langsung pada
DNA, (2) pengikatan pada suatu protein efektor, (3) aktivasi protein yang
terikat DNA, (4) inaktivasi represor, dan (5) perubahan struktur kromatin agar
DNA terbuka bagi enzim RNA polimerase.
Contoh induksi transkripsi oleh hormon antara lain dapat
dilihat pada stimulasi sintesis ovalbumin pada saluran telur (oviduktus) ayam
oleh hormon kelamin estrogen. Jika ayam disuntik dengan estrogen,
jaringan-jaringan oviduktus akan memberikan respon berupa sintesis mRNA untuk
ovalbumin. Sintesis ini akan terus berlanjut selama estrogen diberikan, dan
hanya sel-sel oviduktus yang akan menyintesis mRNA tersebut. Hal ini karena
sel-sel atau jaringan lainnya tidak mempunyai reseptor hormon estrogen di dalam
sitoplasmanya. Pengaturan pada tahap prosesing mRNA
Dua jenis sel yang berbeda dapat membuat protein yang sama
tetapi dalam jumlah yang berbeda meskipun transkripsi di dalam kedua sel
tersebut terjadi pada gen yang sama. Fenomena ini seringkali berkaitan dengan
adanya molekul-molekul mRNA yang berbeda, yang akan ditranslasi dengan
efisiensi berbeda pula.
Pada tikus, misalnya, ditemukan bahwa perbedaan sintesis enzim
α-amilase oleh berbagai mRNA yang berasal dari gen yang sama dapat terjadi
karena adanya perbedaan pola pembuangan intron. Kelenjar ludah menghasilkan
α-amilase lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh jaringan hati meskipun gen
yang ditranskripsi sama. Jadi, dalam hal ini transkrip primernya sebenarnya
sama, tetapi kemudian ada perbedaan mekanisme prosesing, khususnya pada
penyatuan (splicing) mRNA.
Pengaturan translasi
Berbeda dengan translasi mRNA pada prokariot yang terjadi
dalam jumlah yang lebih kurang sama, pada eukariot ada mekanisme pengaturan
translasi. Macam-macam pengaturan tersebut adalah (1) kondisi bahwa mRNA tidak
akan ditranslasi sama sekali sebelum datangnya suatu sinyal, (2) pengaturan
umur (lifetime) molekul mRNA, dan (3) pengaturan laju seluruh sintesis
protein.
Telur yang tidak dibuahi secara biologi bersifat statis.
Akan tetapi, begitu fertilisasi terjadi, sejumlah protein akan disintesis. Hal
ini menunjukkan bahwa di dalam sel telur yang belum dibuahi akan dijumpai
sejumlah mRNA yang menantikan datangnya sinyal untuk translasi. Sinyal
tersebut tidak lain adalah fertilisasi oleh spermatozoon, sedangkan molekul
mRNA yang belum ditranslasi itu dinamakan mRNA tersembunyi (masked mRNA).
Pengaturan umur mRNA juga dijumpai pada telur yang belum
dibuahi. Sel telur ini akan mempertahankan diri untuk tidak mengalami
pertumbuhan atau perkembangan. Dengan demikian, laju sintesis protein menjadi
sangat rendah. Namun, hal ini bukan akibat kurangnya pasokan mRNA, melainkan
karena terbatasnya ketersediaan suatu unsur yang dinamakan faktor rekrutmen. Hingga kini belum
diketahui hakekat unsur tersebut, tetapi rupanya berperan dalam pembentukan
kompleks ribosom-mRNA.
Sintesis beberapa protein tertentu diatur oleh aktivitas
protein itu sendiri terhadap mRNA. Sebagai contoh, konsentrasi suatu jenis
molekul antibodi dipertahankan konstan oleh mekanisme inhibisi atau
penghambatan diri dalam proses translasi. Jadi, molekul antibodi tersebut
berikatan secara khusus dengan molekul mRNA yang menyandinya sehingga inisiasi
translasi akan terhambat.Sintesis beberapa protein dari satu segmen DNA
Pada prokariot terdapat mRNA polisistronik yang menyandi
semua produk gen. Sebaliknya, pada eukariot tidak pernah dijumpai mRNA
polisistronik, tetapi ada kondisi yang dapat disetarakan dengannya, yakni
sintesis poliprotein.
Poliprotein adalah polipeptida berukuran besar yang setelah berakhirnya
translasi akan terpotong-potong untuk menghasilkan sejumlah molekul protein
yang utuh. Tiap protein ini dapat dilihat sebagai produk satu gen tunggal.
Dalam sistem semacam itu urutan penyandi pada masing-masing gen tidak saling
dipisahkan oleh kodon stop dan kodon awal, tetapi dipisahkan oleh urutan asam
amino tertentu yang dikenal sebagai tempat pemotongan (cleavage sites)
oleh enzim protease tertentu. Tempat-tempat pemotongan ini tidak akan berfungsi
serempak, tetapi bergantian mengikuti suatu urutan.
http://trinatallei.net/2013/02/20/bullying-dan-perubahan-ekspresi-gen-di-otak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar